Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI) melalui Departemen Geografi melaksanakan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (Pengmas) bertajuk “Digitalisasi Informasi Objek dan Peninggalan Lokal: Membangkitkan Jasinga Menuju Destinasi Wisata Sejarah dan Budaya” di Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, yang dilaksanakan pada 11 September hingga 21 Desember 2025.
Kecamatan Jasinga merupakan wilayah dengan nilai sejarah dan budaya yang tinggi, mulai dari masa kolonial hingga pascarevolusi. Sejumlah peninggalan penting seperti bekas Kantor Bupati Darurat, Bendungan Sendung yang dibangun pada tahun 1938, serta nisan-nisan kuno menjadi bukti kekayaan sejarah lokal yang hingga kini belum terdokumentasi dan dikelola secara optimal.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan oleh dua dosen dan tiga mahasiswa Departemen Geografi FMIPA UI, yaitu Dr. Tjiong Giok Pin, S.Si., M.Si. dan Dr. Taqyuddin, S.Si., M.Hum., serta mahasiswa Raisya Khoiri Sukmana Assalam, Aulia Rahma Apriati, dan Ira Maya Puspita. Tim ini berkolaborasi dengan Dr. Fuad Gani, S.S., M.Hum. dosen dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI), dan bekerja sama dengan Jaringan Kebudayaan Rakyat Bogor (JAKER) sebagai mitra strategis di tingkat lokal.
Ketua tim Pengabdian Masyarakat, Dr. Tjiong Giok Pin, S.Si., M.Si., menegaskan bahwa kegiatan ini menempatkan masyarakat sebagai aktor utama dalam pelestarian warisan budaya:
“Kegiatan ini tidak hanya berorientasi pada pengumpulan data, tetapi juga pada pemberdayaan masyarakat. Kami mendorong partisipasi warga dan komunitas lokal agar mereka menjadi subjek utama dalam pelestarian dan pengembangan potensi sejarah dan budaya Jasinga.” ujarnya.
Rangkaian kegiatan diawali dengan survei lapangan pada sejumlah objek wisata alam dan budaya di Kecamatan Jasinga bersama tokoh lokal, Didin Ra Dien, mitra kegiatan sekaligus putra daerah Jasinga yang memiliki pengetahuan mendalam mengenai sejarah wilayah tersebut. Dalam kegiatan ini, tim melakukan pendataan lokasi, pencatatan titik koordinat, serta pengumpulan informasi sejarah dengan mengunjungi rumah kepala desa dan makam-makam bernilai sejarah.

Berdasarkan hasil survei lapangan, tim menyusun artikel digital yang memuat informasi sejarah dan budaya Jasinga. Artikel tersebut kemudian dikonversi ke dalam QR Code, sehingga masyarakat dan pengunjung dapat mengakses informasi wisata secara digital melalui pemindaian menggunakan telepon pintar.
Tahap selanjutnya adalah pembuatan papan informasi digital berbasis QR Code yang dirancang dan dirakit langsung oleh tim pengabdian masyarakat bersama mahasiswa FMIPA UI menggunakan rangka besi hollow dan papan PVC. Papan ini kemudian dipasang di beberapa titik strategis pada lokasi wisata budaya di Kecamatan Jasinga agar mudah diakses oleh masyarakat.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini juga dilengkapi dengan Forum Group Discussion (FGD) bersama warga Kecamatan Jasinga dan pihak terkait, termasuk komunitas Bilik Jasinga. FGD bertujuan untuk memvalidasi dan meluruskan informasi sejarah terkait objek dan peninggalan yang telah diteliti, sekaligus membangun dialog timbal balik antara akademisi dan masyarakat.
Sebagai mitra kegiatan sekaligus putra daerah, Didin Ra Dien menyampaikan kesan atas pelaksanaan pengabdian masyarakat ini. Ia menambahkan bahwa upaya pelestarian sejarah dan budaya membutuhkan kesinambungan jangka panjang.
“Kegiatan ini memberikan manfaat nyata, namun Jasinga membutuhkan upaya berkelanjutan agar sejarah dan budayanya tidak terlupakan.”
Secara umum, metode pelaksanaan kegiatan meliputi survei dan dokumentasi lapangan, workshop dan penyuluhan pelestarian warisan budaya, pelatihan pemandu wisata dan storytelling lokal, pengembangan media promosi sederhana, serta pendampingan komunitas menuju pembentukan kelompok sadar wisata (pokdarwis).
Melalui kegiatan ini, tim pengmas UI memberikan pijakan awal yang penting bagi upaya pelestarian dan pemanfaatan situs sejarah budaya di Kecamatan Jasinga. Keterlibatan aktif masyarakat dan komunitas JAKER menunjukkan tumbuhnya kesadaran kolektif terhadap nilai warisan budaya lokal, sekaligus membuka peluang pengembangan Jasinga sebagai destinasi wisata sejarah dan budaya berbasis komunitas yang berkelanjutan.

