FMIPA UI Pasang Sistem Pendeteksi Gempa di Desa Umbul Tanjung, Serang

Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Indonesia (UI) mengunjungi Kampung Pasuruan, Desa Umbul Tanjung, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, pada Kamis (17/10/2024). Kunjungan ini bertujuan untuk membantu masyarakat setempat dalam mengurangi risiko bencana gempa bumi dan tsunami.

Tim yang dipimpin oleh Dr. Eng. Supriyanto, bersama dengan Adde Nugroho, S.T., dan Ari, disambut oleh Oman HM, Sekretaris Desa Umbul Tanjung. Pada kesempatan tersebut, tim menyerahkan tiga unit alat pendeteksi gempa bumi, Earthquake Warning Alarm System (EWAS), yang dipasang di tiga titik lokasi di desa tersebut. Ketiga lokasi tersebut adalah Masjid Al-Magfiroh, Madrasah Ibtidaiyah Al-Khairiyah, dan Kantor Desa Umbul Tanjung, dengan jarak antar titik sekitar 300 meter.

EWAS, yang dikembangkan oleh para ahli kebumian dari Departemen Geosains FMIPA UI sejak 2018, telah dipasang di berbagai daerah di Indonesia, seperti Banyuwangi, Sukabumi, Ambon, dan Lombok. Sistem ini dirancang untuk memberikan peringatan dini terhadap gempa bumi.

“Kegiatan Pengmas ini merupakan bentuk kontribusi kami kepada warga Desa Umbul Tanjung. Berdasarkan data dari GIS Dukcapil tahun 2023, jumlah penduduk Desa Umbul Tanjung mencapai 5.052 jiwa, mayoritasnya adalah nelayan, mengingat posisi desa yang berada di Selat Sunda,” ujar Dr. Eng. Supriyanto.

Selat Sunda, yang terletak di antara Pulau Jawa dan Sumatra, dikenal sebagai wilayah dengan potensi gempa bumi yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh pertemuan dua lempeng tektonik utama, yaitu Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia, yang aktif bergerak dan bertumbukan.

“Potensi gempa di Selat Sunda perlu mendapat perhatian serius karena wilayah ini dekat dengan banyak pemukiman padat penduduk dan destinasi wisata pantai,” tambahnya. Ia juga mengingatkan peristiwa tsunami dahsyat pada 22 Desember 2018 yang diakibatkan oleh letusan Anak Krakatau, yang menghantam pesisir Banten. Tsunami tersebut menyebabkan 426 orang tewas, 7.202 orang terluka, dan 23 orang hilang.

EWAS diharapkan dapat membantu masyarakat Desa Umbul Tanjung dan pemerintah setempat dalam meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi gempa dan tsunami. Sistem ini bekerja dengan mengirimkan sinyal peringatan secara otomatis dan cepat ketika terjadi guncangan gempa. Sinyal berupa bunyi sirine keras ini akan terdengar dalam waktu kurang dari 5 detik setelah gempa terjadi.

“Dengan adanya EWAS, masyarakat tidak perlu menunggu pesan SMS atau WhatsApp yang baru diterima 5 hingga 10 menit setelah gempa. Begitu alarm berbunyi, masyarakat harus segera keluar bangunan dan menuju tempat yang lebih aman,” terang Dr. Eng. Supriyanto.

Oman HM, Sekretaris Desa Umbul Tanjung, menyampaikan apresiasi atas bantuan yang diberikan oleh tim Pengmas FMIPA UI. Ia berharap dengan adanya EWAS, kewaspadaan masyarakat terhadap ancaman gempa bumi dapat meningkat 24 jam sehari. Dengan demikian, diharapkan jumlah korban jiwa akibat runtuhan bangunan dapat diminimalkan.

“Kami juga berharap kehadiran EWAS ini tidak hanya meningkatkan kewaspadaan, tetapi juga memberi edukasi kepada warga tentang pentingnya mitigasi bencana dan langkah-langkah yang harus diambil ketika terjadi bencana,” kata Oman.

Bagikan ini:

Facebook
LinkedIn
X
Pinterest
WhatsApp
Telegram